Melahirkan

Melahirkan atau persalinan adalah aktivitas seorang ibu setelah menyelesaikan masa tugasnya mengandung bayi selama sembilan bulan dalam perutnya.

Dengan kata lain, melahirkan adalah proses atau upaya mengeluarkan bayi dari rahim ibu baik melalui persalinan normal maupun persalinan dengan operasi.

Ada beberapa pemeriksaan rutin yang harus dilakukan oleh seorang calon ibu sebelum proses melahirkan. Pemeriksaan tersebut di antaranya yaitu:
  1. pemeriksaan berat badan dan tekanan darah.
  2. pemeriksaan denyut nadi dan laju pernapasan.
  3. pemeriksaan darah dan air seni (urine).
  4. pemeriksaan perut untuk memperkirakan besar, posisi, dan letak janin.
  5. pemeriksaan denyut jantung janin.
  6. pemeriksaan letak dan posisi janin karena ini akan memengaruhi kecepatan dan keamanan persalinan. Posisi terbaik untuk proses melahirkan yang aman adalah kepala berada di bagian bawah pada lubang panggul. Proses melahirkan juga akan lebih mudah jika kepala dan wajah janin berada dalam posisi menghadap punggung ibu.
  7. pemeriksaan dalam untuk mengetahui besarnya pembukaan vagina dan keutuhan selaput ketuban.

Tanda-Tanda Melahirkan

Berikut ini adalah urutan yang paling umum dari peristiwa persalinan.
  1. Kontraksi yang teratur.
  2. Keluarnya lendir bercampur darah dari dalam kemaluan.
  3. Pecahnya kantung ketuban.

Tahapan Melahirkan


Tahapan melahirkan umumnya dibagai menjadi tiga tahap.

Tahap 1.
Dimulai dari kontraksi sampai terjadinya pembukaan lengkap yaitu sekitar 1o cm, karena itu sering ada pertanyaan terhadap ibu yang akan melahirkan, “Sudah bukaan berapa?” Itu bermakna pembukaan per sentimeter vagina untuk mengeluarkan kepala bayi.

Pada fase awal atau dikenal juga sebagai fase laten, hal yang dirasakan oleh ibu adalah sebagai berikut:
  • Kontraksi semakin kuat dan teratur.
  • Sakit yang dirasakan masih normal dan belum terlalu hebat.
  • Serviks menipis dan membuka sampai sekitar 4 cm.
  • Jika ini merupakan kehamilan pertama, fase ini bisa berlangsung selama 8,5 jam sedangkan pada kehamilan selanjutnya "hanya" berlangsung selama 5 jam.
Fase selanjutnya disebut dengan fase aktif, berikut ini adalah hal yang terjadi ketika fase aktif berlangsung.
  • Serviks membuka terus hingga 10 cm.
  • Bagian terendah bayi, pada umumnya kepala terlebih dahulu, mulai turun ke dalam panggul ibu.
  • Ibu mulai merasakan keinginan yang kuat untuk mengedan. d. Untuk kehamilan pertama, fase ini bisa berlangsung sekitar 5 jam sedangkan untuk kehamilan selanjutnya biasanya berlangsung selama 2 jam.

Tahap 2.
Pada tahap ini terjadi pembukaan lengkap bayi sampai bayi keluar dari rahim ibu. Proses ini biasanya berlangsung selama 60 menit pada kehamilan pertama dan 15-30 menit pada kehamilan berikutnya. Namun tak jarang ada ibu yang melalui proses ini dalam waktu yang lebih lama.

Tahap 3.
Tahapan ini dimulai sejak kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta (ari-ari). Proses ini biasanya hanya terjadi selama beberapa menit.

Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika melahirkan
  1. Selama tahap 1 berlangsung, ibu sebaiknya tidak mengedan. Jika ibu mengedan sebelum pembukaan benar-benar lengkap, maka dikhawatirkan tenaga yang dibutuhkan saat melahirkan akan terkuras dan serviks bisa saja robek.
  2. Denyut jantung ibu dan bayi sebaiknya diperiksa setiap 15 menit. Jika denyut jantung bayi tidak normal (terlalu cepat atau terlalu lambat), maka proses melahirkan secara normal perlu dipertimbangkan kembali. Untuk mengurangi risiko saat melahirkan, sebaiknya bayi dilahirkan melalui operasi Caesar. Selain itu, bisa juga melakukan tindakan tambahan terhadap ibu, misalnya ibu diminta untuk berbaring miring ke sebelah kiri, jumlah cairan infus ditambah, atau melakukan pemberian oksigen melalui selang hidung.
  3. Selama tahap 2, pemeriksaan denyut jantung bayi dilakukan lebih sering, yaitu setiap 3 menit sekali. Saat ibu merasakan adanya kontraksi, ibu harus mengedan sehingga bayi bisa terdorong ke arah vagina. Selain itu, dengan mengedan lubang vagina akan melebar sehingga bayi bisa lebih mudah keluar.
  4. Untuk memperlancar proses persalinan, ibu sebaiknya dibaringkan dengan posisi setengah duduk. Dengan demikian, gaya gravitasi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Tekanan dari janin bisa membantu peregangan pada jalan lahir secara bertahap sehingga proses melahirkan bisa lebih lancar dan risiko robeknya serviks bisa diperkecil. Selain itu, posisi setengah duduk ini bisa mengurangi tegangan pada bagian punggung dan panggul ibu.
  5. Hindari posisi berbaring telentang saat melahirkan karena meskipun lebih nyaman, melahirkan dalam posisi seperti ini justru akan memakan waktu yang lebih lama dan memerlukan bantuan yang lebih.
  6. Mengedan saat melahirkan tentu membutuhkan tenaga yang cukup besar. Oleh karena itu, ibu bisa mencoba beristirahat di sela-sela waktu kontraksi.
  7. Kalau lubang vagina tidak cukup meregang, janin akan kesulitan untuk melewatinya, sehingga ada kemungkinan terjadi robekan. Jika ini terjadi maka perlu dilakukan episiotomi (pemotongan dinding vagina dan perineum). Jika episiotomi dilakukan, proses melahirkan akan menjadi lebih mudah dan robekan yang tidak teratur bisa dicegah.
  8. Jika bayi telah lahir, tekan perut ibu dengan lembut untuk merangsang kontraksi pada rahim. Plasenta biasanya akan lepas dan keluar dari rahim pada kontraksi pertama atau kedua. Jika semua bagian plasenta telah keluar, ibu akan diberi suntikan oksitosin dan perut ibu akan dipijat teratur untuk merangsang kontraksi rahim. Ini berguna agar perdarahan lebih lanjut bisa dicegah.
  9. Luka robek akibat episiotomi selanjutnya akan dijahit dan diawali dengan pembiusan lokal terlebih dahulu. Jumlah jahitan bisa beragam, tapi pada umumnya sekitar 2-10 jahitan.
  10. Setelah proses melahirkan selesai dan luka telah dijahit, ibu akan dibawa ke ruang pemulihan jika proses melahirkan dilakukan di rumah sakit atau rumah bersalin. Bayi akan dibiarkan bersama ibu jika ia tidak memerlukan perawatan khusus. Dengan demikian, bayi bisa menyusu pada ibunya dan sang ibu bisa mulai belajar merawat anaknya sendiri.
  11. Pada 4 jam pertama setelah melahirkan, ada kemungkinan terjadi komplikasi pada ibu, terutama perdarahan. Oleh karena itu, ibu dan bayinya perlu diawasi secara ketat.

Jika Tanggal Persalinan Sudah Terlewat
  1. Kehamilan biasanya berlangsung selama 38 sampai 42 minggu. Jika sudah melewati tanggal persalinan yang sudah dihitung sebelumnya, maka itu adalah kehamilan postmatur.
  2. Jika tanggal tersebut telah lewat satu minggu atau lebih, harus segera pergi ke dokter. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan terhadap bayi. Denyut jantung bayi diperiksa dengan menggunakan alat pemantau janin elektronik sebanyak 1-2 kali/minggu.
  3. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk melihat cairan ketuban dan gerakan bayi. Jika merasakan pergerakan bayi berkurang, harus segera menghubungi dokter. Selain itu dokter juga biasanya melakukan pemeriksaan dalam untuk melihat ada tidaknya perubahan pada serviks.
  4. Jika tanggal persalinan telah lewat dari dua minggu, biasanya dilakukan induksi persalinan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari komplikasi seperti gawat janin atau bayi yang dilahirkan terlalu besar. Gawat janin terjadi jika bayi mengalami kekurangan oksigen dan denyut jantungnya menurun karena stres akibat persalinan tidak dapat diatasi.
  5. Induksi persalinan dilakukan jika tidak kunjung melahirkan. Penundaan induksi dilakukan jika serviks menutup. Induksi dilakukan dengan menggunakan obat penginduksi atau oksitosin yang menyebabkan terjadinya kontraksi rahim. Oksitosin diberikan melalui infus dan baru mulai bekerja dalam waktu satu hingga dua jam kemudian. Selain dengan menggunakan obat, induksi persalinan juga dapat dilakukan dengan memecahkan selaput ketuban.
loading...
 
loading...