Andaipun tidak mengenalnya, hampir dapat dipastikan ia mampu merasakan dan mengungkapkannya dengan kata-kata yang lain. Orgasme ini sangat erat kaitannya dengan hubungan seksual.
Secara teknis, kegiatan intercourse alias hubungan seksual yang normal membutuhkan dua orang pelaku aktif yang berbeda jenis kelamin, tanpa memandang apakah hubungan tersebut diikat oleh tali perkawinan ataupun tidak.
Orgasme berkaitan dengan kerja saraf. Tanpa saraf yang mengirimkan impuls alias rangsangan ke saraf tulang belakang dan otak, orgasme tidak akan terjadi. Seperti bagian tubuh lainnya, organ genital juga mengandung banyak simpul-simpul saraf yang akan mengantarkan sensasi saraf yang dirasakannya.
Hal ini membantu menjelaskan secara mekanisme fisiologis dan biologis mengapa sentuhan juga turut memengaruhi orgasme seseorang, termasuk di dalamnya orgasme klitoris yang berbeda dengan orgasme vaginal karena adanya perbedaan set saraf yang terlibat pada saraf tersebut.
Organ genitalia wanita memiliki saraf yang sangat banyak, misalnya klitoris yang memiliki sekitar 8.000 saraf. Ketika terjadi orgasme, maka rangsangan tersebut akan dikirimkan ke saraf belakang. Berikut ini adalah saraf-saraf yang terkait dengan hal tersebut
- Saraf hipogastrik, membantu mentransmisikan rangsangan dari uterus dan serviks pada wanita dan dari prostat pada pria.
- Saraf pelvis, berguna untuk mentransmisikan rangsangan dari vagina dan serviks pada wanita dan dari rektum untuk kedua jenis kelamin.
- Saraf pudendal, berguna untuk mentransmisikan rangsangan dari klitoris pada wanita dan dari skrotum dan penis pada pria.
- Saraf vagus, berguna untuk mentransmisikan rangsangan dari serviks, uterus, dan vagina pada wanita.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa saraf vagus turut berperan dalam orgasme, meskipun masih belum diketahui secara jelas mekanismenya. Namun, selama terjadi stimulasi seksual dan orgasme, ada wilayah berbeda yang menerima rangsangan tersebut, satu di otak dan satu lagi di pusat saraf di tulang belakang.
Orgasme adalah suatu titik terminal atau titik kulminasi dari berbagai rangsangan seksual yang memuncak dan memberikan gambaran fisik dan mental yang mewujud dalam sebuah fenomena.
Orgasme itu sendiri terdiri atas empat fase yang saling berhubungan, yaitu fase excitement (terangsang), fase plateau (mendatar pada puncak keterangsangan), faseorgasm (kenikmatan yang dahsyat dan meledak), dan fase resolution (kembali ke asal). Keempat tahapan ini berlaku bagi pria dan wanita. Akan tetapi, di antara keduanya ada pula tanda-tanda fisik yang membedakan.
Tanda-tanda fisik pada pria sangat nyata, yaitu terjadinya ereksi (penis membesar dan mengeras) karena adanya rangsangan. Setelah itu, terjadilah ejakulasi, yaitu penyemprotan sperma beserta cairan semennya, yang kemudian diikuti dengan kontraksi ritmis pada otot-otot dasar panggul. Aktivitas persarafan simpatis pun terjadi secara intens, di antaranya denyut jantung meningkat, berdebar-debar, kulit berkeringat, muka memerah, napas menjadi berat, dan sebagainya.
Walaupun sangat "dahsyat", peristiwa orgasme pada laki-laki hanya terjadi sekali. Untuk mengalami orgasme yang kedua, ketiga, dan selanjutnya memerlukan interval waktu tertentu, minimal setengah jam, bahkan sering lebih dari sehari dan proses itu harus diulang dari tahap excitement lagi.
Pada wanita, keempat proses itu harus dilewati secara perlahan-lahan sehingga waktu yang dibutuhkan pun menjadi lebih lama. Sebelum sampai kepada tahap excitement, emosi positifnya harus dibangkitkan terlebih dulu.
Tanda-tanda fisik pada wanita pun tidak terlalu nyata karena tidak ada penis yang berereksi. Tanda fisik yang bisa dirasakan terjadi pada tahap plateau, ketika itu kelenjar Bartholin mengeluarkan cairan untuk memperlicin jalan masuknya penis. Saat itu, terjadi pula perubahan-perubahan bentuk, warna, dan posisi pada klitoris, labia minora (bibir dalam vagina), labia mayora (bibir luar vagina), dan vagina.
Pada saat orgasme, terjadi kontraksi-kontraksi secara ritmis pada otot-otot dasar panggul dan aktivitas persarafan simpatis semakin meningkat. Akan tetapi, dan yang paling hebat, wanita bisa mengalami orgasme hingga berkali-kali, sebelum ia kembali memasuki tahap resolution.
Pada pria, orgasme menandai berakhirnya satu seri hubungan. Apabila kita gambarkan dalam bentuk grafik berbentuk kurva, titik terjadinya orgasme menjadi titik koordinat tertinggi (titik puncak) dari suatu hubungan seksual.
Pada wanita, kenikmatan seksual yang didapat akan bertahan pada satu titik secara menetap selama jangka waktu tertentu, dengan beberapa lonjakan kecil yang menandai terjadinya peristiwa orgasme. Hal ini menunjukkan bahwa seorang wanita dapat mengalami beberapa kali orgasme (multiorgasme).
Orgasme ini sebenarnya termasuk peristiwa sederhana yang bersifat alamiah dan naluriah. Akan tetapi, kesederhanaan ini menjadi tidak lagi sederhana dan menimbulkan masalah yang rumit ketika pasangan yang melakukan hubungan intim tidak berhasil mencapai kondisi orgasme.
Hal ini bisa terjadi karena dipicu oleh rasa bersalah, tertekan, uring-uringan, dan letupan-letupan emosi negatif lainnya yang muncul ke permukaan. Bahkan, boleh jadi kegagalan mendapatkan kondisi orgasme yang berulang-ulang bisa menyebabkan terjadinya kerenggangan hubungan perkawinan.
Ketidakbergairahan tersebut kemudian menjadi alasan bagi sebagian orang untuk mencari kepuasan seksual di luar pernikahan, yaitu perselingkuhan. Secara tidak sadar, terkadang melahirkan semacam rasa penasaran yangterpendam dan diungkapkan sebagai sebuah obsesi dengan beraneka penyaluran, baik yang positif maupun negatif.